Kiai Shodiq: Pancasila Adalah Pemikiran Visioner Pendiri Bangsa - HWMI.or.id

Monday 7 September 2020

Kiai Shodiq: Pancasila Adalah Pemikiran Visioner Pendiri Bangsa

 Kiai Shodiq: Pancasila adalah Pemikiran Visioner Pendiri Bangsa

Belum lama ini terjadi fenomena para mualaf Pancasila melakukan kegaduhan dimana-mana, ada sekelompok anak bangsa yang tidak menyetujui terhadap ideologi Pancasila tetapi mengaku ngaku Pancasila. Hal tersebut karena ketidaktahuan bahwa Pancasila ini adalah hasil pemikiran yang sangat jernih yang diperas dari perjalanan kebangsaan selama ribuan tahun oleh para pendiri negara Indonesia.

Dahulu anggota BPUPKI, seperti KH. Agus Salim, kelompok-kelompok Nasrani, kemudian KH Wahid Hasyim, mereka sangat natural mencurahkan pemikiran dan tenaga dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri tegak.

“Beliau-beliau ini menghimpun sejarah-sejarah kebangsaan ini. Sejak abad ke 9 yaitu pada zamannya Sang Hyang Bajra, seorang sastrawan, seorang brahmana yang sangat tinggi ilmunya. Ilmu pengetahuan ilmu pengetahuannya luas dan ilmu spiritualnya juga tinggi. Dari berbagai disiplin ilmu yang sudah tertera, ditulis diberbagai tulisan-tulisan. Sang Hyang Bajra punya lima anak dikisahkan disebut dengan Panca Tirta. Kenapa kog disebut dengan Panca Tirta, karena ke limanya ini punya kelebihan masing-masing,” tutur Wakil Ketua LDNU PBNU, KH Ahmad Shodiq dalam wawancara khusus dengan jurnalis senior Gus Din atau Syafrudin Budiman, SIP di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (04/09).

Lebih lanjut, KH Ahmad Shodiq mengemukakan kepada Gus Din, bahwa Sang Hyang Bajra memiliki anak sampai kepada keturunan ke 7, lahir yang namanya Mpu Tantular. Mpu Tantular ini terkenal dengan tulisannya Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna “Berbeda-beda kita tetap satu”.

“Artinya, Mpu Tantular menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia utuh, tidak terpecah belah. Lalu kemudian sampai punya anak yang bernama Arya Wiraraja. Pada keturunan yang ke sepuluh, muncul Ken Arok yang menurunkan berbagai raja-raja di Jawa dan nusantara,” katanya.

Kemudian KH Ahmad Shodiq menjelaskan di abad 13 masuk kelompok-kelompok Islam yaitu kelompok-kelompok Syekh Subakir, Syekh Malik Ibrahim, Syekh Asmoro Kondi, Syekh wa Maulana Mahgribi.

“Pemikiran-pemikiran mereka semua yang sudah tertulis di kitab-kitab mereka, diperas menjadi Pancasila. Dalam hal ini tokoh utamanya yaitu Bung Karno sebagai Bapak Pendiri Bangsa Kita. Setelah menerima masukan-masukan dari anggota BPUPKI, BPUPKI menyerap seluruh inti sari perjuangan kebangsaan kita,” tambahnya.

Membahas Pancasila, Pancasila pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki maksud untuk warga negara Indonesia untuk memiliki agama, bukan berarti negara agama.

“Negara kita ini bukan atheis bukan negara sekuler juga bukan negara agama. Karena apa saudara-saudara, negara atheis contohnya seperti Uni Soviet hanya bertahan 70 tahun, mulai tahun 1920 sampai 1990. Hanya 70 tahun, karena apa, karena mengingkari hati manusia. Bahwa kita ini makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Lalu kalau kita nonton negara sekuler, seperti di Eropa Barat. Ada Italia, ada Denmark, disitu memang dibiarkan orang-orang boleh beragama, juga boleh tidak beragam,” katanya

“Bahkan di undang-undang nya menyatakan bahwa laki-laki boleh kawin dengan laki-laki, perempuan boleh kawin dengan perempuan, atau laki-laki.boleh kawin dengan perempuan. Ini sekuler, tapi pada akhirnya ini berbenturan dengan Kristen Katolik. Karena seluruh agama itu tidak memperbolehkan perkawinan satu jenis,” lanjutnya.

Kiai Shodiq mencontohkan negara yang beragama seperti di Timur Tengah. Timur Tengah adalah negara yang beragama dan negara agama. Agama itu suci, negara itu tidak suci sebab negara itu dikelola oleh manusia. Sedangkan agama itu adalah kitab-kitab yang diwahyukan oleh Allah SWT Itu suci.

“Disinilah masalah yang timbul, kalau di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini agama tidak menjadi teks konstitusi, tapi negara itu memayungi semua agama yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan pada sila yang kedua, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab bahwa setiap manusia harus memiliki rasa hormat dan kasih sayang sesama manusia. Sebab hal tersebut merupakan salah satu hakikat ibadah sesungguhnya.

“Kenapa ko harus Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab? Karena orang yang beragama, orang yang beribadah, orang yang naik haji, sembahyang dimana-mana, di Pura dan lain-lain itu dianggap bohong. Dianggap tidak melakukan apa-apa kalau tidak menghormati, tidak menyayangi sesama manusia. Dianggap dusta melakukan ibadah tapi ibadahnya dusta. Kemanusiaan, lalu ditambah dengan Kemanusiaan Yang Adil. Jadi adil kepada siapapun, adil kepada lingkungan. Manusia adil kepada hewan itu kita harus adil,” ucapnya.

“Jadi kita harus bersatu untuk menghadapi tantangan yang ada didalam dan juga tantangan yang timbul dari luar. Dengan bersatu Insya Allah kita kuat menghadapi persoalan-persoalan yang akan dihadapi,” tegasnya menjelaskan sila ketiga.

Sedangkan sila yang keempat yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan bahwa rakyat butuh pimpinan. Artinya, kerakyatan bukan keelitan, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.

“Jadi umpamanya sekarang ini rakyat tidak pernah merasakan kesejahteraan ini makanya nantinya harus diarahkan kepada Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan,” katanya.

Terakhir, sila kelima yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Bagi Kiai Shodiq, Keadilan Sosial merupakan kesempatan warga negara untuk sejahtera dalam bidang ekonomi.

“Untuk itu kita harus adil. Seorang pemimpin itu harus adil. Umpamanya sekarang ini ada orang yang miskin, ada orang kaya itu kapasitas. Kapasitas menerima atau mengambil kesempatan-kesempatan itu. Tapi harus adil, harus sama-sama merasakan. Tentunya ini tidak sama antara perusahaan ban dengan tukang tempel ban. Tapi sama-sama merasakan rezeki yang diberikan oleh Tuhan,” tutupnya usai wawancara khusus dengan Gus Din (Ahn)

Penulis:

RB. Syafrudin Budiman SIP / Gus Din

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda