Mbah Yai Iskandar Jogja (Santri Hadlrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy'arie) sekaligus pelaku sejarah pertempuran 10 November 1945 Surabaya dhawuh:
KH Abbas Abdul Jamil Buntet Cirebon rawuh ke Rembang disambut KH Bisri Musthofa Rembang dan 15 Kyai khos untuk munajat terlebih dahulu sebelum lanjut ke Surabaya.
Mbah Yai Is juga meriwayatkan: Hadlrotussyaikh Hasyim Asy'arie memberi pesan (disampaikan secara lisan dan berantai) bahwa para santri dilarang untuk memulai perang dengan Londo.
Karena yang akan memimpin perang adalah " Waline Gusti Allah saka Kulon" ( Waliyullah dari arah Barat) dan ternyata priyogung itu adalah Mbah Yai Abbas Buntet allahyarham ini.
Mengapa demikian? Sebab 'cara' perang yang hendak digelar berbeda sama sekali dengan strategi perang modern di jaman itu.
Dan terbukti oleh fakta sejarah, Sekutu dalam hal ini diwakili Inggris yang sesumbar akan membabat habis Surabaya hanya dalam waktu 3 hari ternyata baru berhasil menguasai Surabaya setelah 3 pekan perang tanpa henti.
Itupun karena Surabaya ditinggalkan oleh para pejuang. Akhirnya, Sekutu berhasil menguasai Surabaya tapi dengan biaya yang terlalu mahal.
Yakni kehilangan 2 jendralnya yang tidak pernah terjadi selama Perang Dunia II melawan Nazi Jerman dan Pasukan Dai Nippon. Juga meninggalkan korban yang tak terperikan banyaknya sehingga di kemudian hari mereka menderita trauma teramat mendalam dan memalukan martabat.
Menurut berita, pejuang Surabaya yang syahid mencapai hampir 100.000 orang. Sehingga Inggris layak digelar sebagai penjahat perang terlengkap di dunia: crime against humanity (kejahatan atas kemanusiaan) , genoside (pembersihan etnis), dan massacre (pembantaian massal).
Tahun 2005 Pemerintah Inggris secara resmi menyampaikan permintaan maaf kepada korban Perang Surabaya.
Ila hadlroti arwahi KH. Hasyim Asy'arie, KH. Abbas Abdul Jamil, KH. Bisri Musthofa, Mbah Yai Iskandar Jogja , semua Kyai dan Pejuang serta Syuhada 10 November lahumul Fatihah...
Oleh Shuniyya Ruhama
Santri Mbah Yai Iskandar Jogja